Nim : 09620076
Kelas : Biologi C
1. Tectaria singaporeana
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Divisi :Pteridophyta
Kelas :Filicopsida
Ordo :Filicales
Famili :Dryopteridaceae
Genus :Tectaria
Spesies :Tectaria singaporeana
MORFOLOGI
Akar
Spesies ini mempunyai akar serabut dikotom. Pada umumnya akar paku-pakuan adalah serabut yang bercabang-cabang secara dikotom. Adapula yang bercabang monopodial atau tidak bercabang. Namun tidak semua paku-pakuan mempunyai akar, misalnya pada bangsa Psilotales, fungsi akarnya digantikan oleh rizoid.
Batang
Bentuk batang spesies Tectaria singaporeana adalah bulat, dengan permukaan yang halus tidak mempunyai ramenta. Ukuran panjang batangnya sekitar 33 cm, berwarna coklat, tanpa adanya percabangan karena batang pada akarnya langsung keluar dari atas tanah, seperti pada gambar berikut.
Gambar 3. batang Tectaria singaporeana
Bentuk batang atau cabang bermacam-macam, antara lain bulat beralur dan berusuk secara longitudinal, beruas-ruas panjang dan kaku. Ada yang panjang ramping, bulat dengan simetri dorsiventral.
Permukaan batang paku-pakuan tidak selalu halus, tetapi kadang-kadang dihiasi dengan bentuk tertentu, seperti duri, rambut-rambut uniseluler, ramenta, lapisan lilin, dan sebagainya
Daun
Spesies Tectaria singaporeana daunnya tidak ental. Bentuk daun lanset yaitu semakin ke ujung semakin mengecil atau bisa dikatakan ujungnya runcing. Warnanya hijau tapi tidak hijau pekat karena habitatnya yang dibawah dan tidak begitu tinggi sehingga cukup terhalang oleh spesies lain yang lebih tinggi untuk memperoleh sinar matahari dalam berfotosintesis. Urat daunnya menyirip, tetapi urat daunnya tersebut tidak bercabang-cabang. Tekstur daun Tectaria singaporeana seperti selaput dengan permukaan yang cukup halus. Daun spesies ini termasuk daun tunggal karena pada tangkai yang keluar langsung dari akar hanya terdapat 1 helaian daun saja, tidak bercabang atau tidak majemuk. Seperti yang tampak pada gambar berikut :
Gambar 4. Daun Tectaria singaporea
Sistem reproduksi
Sporofil
Paku ini termasuk paku yang steril atau biasa disebut tropofil. Berdasarkan fungsinya daun tumbuhan paku dibedakan menjadi tropofil dan sporofil. Tropofil merupakan daun yang khusus untuk asimilasi atau fotosintesis. Sporofil berfungsi untuk menghasilkan spora.
Pada daun-daun seringkali terbentuk tunas-tunas adventif ( tunas liar) yang dapat terlepas dan berguna sebagai alat berkembang biak vegetatif. Dapat pula tunas atau daun berubah menjadi geragih (stolon) yang dapat dipergunakan untuk tujuan yang sama. Selain itu dari protalium dapat pula terbentuk tumbuhan paku baru tanpa pembuahan, jadi secara apogam atau apospor.
Sporangium
Karena termasuk paku steril, berarti tidak mempunyai sporangium. Paku yang fertil, letak sporangiumnya bermacam-macam yaitu ada yang di bagian tepi daun ataupun menyebar. Bentuknya pun juga bervariasi antara lain bentuk jantung, memanjang dan membulat.
Sorus mengandung banyak sporangium yang terletak di bagian bawah daun, sorus bentuk bola. Indusium bisa ada atau tidak, jika ada berbentuk bola, piala atau mangkok.
Gambar 6. Spora pada beberapa Tumbuhan Paku
Spora tumbuhan paku dibentuk dalam kotak spora (sporangium). Kumpulan sporangium disebut sorus. Sorus muda sering dilindungi oleh selaput yang disebut indusium. Berdasarkan macam spora yang dihasilkan tumbuhan paku dibedakan menjaditiga yaitu paku homospora (isospora), paku heterospora dan paku peralihan. Paku homospora menghasilkan satu jenis spora (contoh: Lycopodium/paku kawat). Paku heterospora menghasilkan dua jenis spora yang berlainan yaitu megaspora (ukuran besar) dan mikrospora (ukuran kecil) (contoh: Marsilea/semanggi dan Selaginella/paku rane). Paku peralihan merupakan peralihan antara homospora dan heterospora menghasilkan spora bentuk dan ukurannya sama tetapi berbeda jenis kelamin (contoh: Equisetum debile/paku ekor kuda).
Siklus hidup
Tumbuhan paku ini termasuk paku yang steril dimana pada daunnya tidak ditemukan spora, sehingga bereproduksi secara aseksual (vegetatif) dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas).
Gambar 7. Siklus hidup Pteridophyta
Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya pergiliran antara generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada tumbuhan paku, generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur hidupnya.
Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak di daun atau di batang. Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh angin dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan selanjutnya menjadi gametofit yang haploid (n).
Gametofit memiliki dua jenis alat reproduksi, yaitu anteridium dan arkegonium, atau satu jenis alat reproduksi, yaitu anteridium saja atau arkegonium saja. Arkegonium menghasilkan satu ovum yang haploid (n). Anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagelum yang haploid (n). Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio (2n). Embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n).
Manfaat
Manfaat dari paku ini yaitu bisa untuk kesehatan badan. Selain itu daun Tectaria singaporeana dapat digunakan sebagai obat untuk demam.
2. Tectaria sp (aspid)
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Pteridophyta
Kelas: Filicopsida
Ordo: Filicales
Famili: Dryopteridaceae
Genus: Tectaria
Spesies: Tectaria sp (Aspid)
MORFOLOGI
Tectaria sp (Aspid) termasuk jenis paku tanah. Tangkainya keluar dari atas permukaan tanah dan panjang tangkainya sekitar 1-2 m. Pada Tectaria sp terdapat dua macam tipe daun atau dimorfisme yaitu steril pada bagian atas dan fertil pada bagian bawah. Spora paku ini terdapat pada tepi bawah permukaan daun.
DAUR HIDUP
Seperti diketahui spora pada paku sangat lembut, spora-spora ini dihasilkan oleh kotak spora dan tersimpan rapat-rapat di dalamnya, dan apabila kotak spora telah masak, maka dindingnya pecah dan berhamburanlah sporanya. Spora yang mendapatkan tempat tumbuh yang baik akan berkecambah. Pada tanaman paku, awal perkecambahan spora terdiri atas beberapa sel saja, dari sel-sel ini terbentuk organ yang disebut prothallus, dan tentu saja prothallus pun ukurannya sangat kecil sehingga tidak mudah dilihat tanpa bantuan kaca pembesar. Di bawah kaca pembesar dapat dilihat bahwa bentuknya menyerupai bentuk jantung dan berwarna hijau seperti daun.
Pertumbuhan selanjutnya memperlihatkan terbentuknya archegonium dan antheridium pada permukaan prothallus bagian bawah. Archegonium adalah alat betinanya sedangkan antheridium adalah jantannya. Dengan demikian archegonium menghasilkan sel telur, sedangkan sel-sel jantan dihasilkan oleh antheridium. Pada saat masaknya, sel-sel jantan tersebut akan tersebar sebagaimana tepung sari pada tumbuhan berbiji. Kalau ada lapisan air yang memungkinkannya untuk bergerak , maka sel jantan ini akan bergerak mendekati archegonium karena tertarik oleh zat-zat kimia yang dikeluarkan oleh archegonium. Peristiwa ini disusul oleh bersatunya sel jantan dan sel telur di dalam archegonium, maka terjadilah pembuahan.
Sel telur yang sudah dibuahi ini akan berkecambah menjadi tumbuhan paku yang hidup pada prothallus. Tumbuhan inilah yang nantinya dikenal dengan nama sporofita. Sporofita ini terdiri dari akar, batang yang beberapa hal berbentuk rhizoma dan daun. Prothallus pun akan mati bila sporofita telah bisa hidup sendiri. Sporofita yang sudah dewasa ditandai oleh timbulnya sporangia pada permukaan bawah daunnya.
Manfaat
Sudah dijelaskan di atas bahwa paku banyak ragamnya. Banyak diantaranya yang mempunyai tubuh yang menarik sehingga bagus untuk dipergunakan sebagai tanaman hias. Banyaknya jenis yang mempunyai kemampuan yang berbeda untuk hidup di berbagai keadaan, memungkinkan orang untuk memilih jenis-jenis yang baik untuk tanaman hias dalam rumah, tanaman hias taman, ataupun tanaman hias jalan. Selain dari pada itu, beberapa jenis paku dapat pula dimanfaatkan untuk sayuran seperti paku pohon dan paku air. Dari segi obat-obatan tradisional , paku pun dapat perhatian yang besar. Ada jenis-jenis paku yang daunnya dipakai untuk beberapa ramuan obat, ada pula yang memanfaatkan rhizomanya. Contoh dari kelompok paku ini adalah tectaria crenata (paku kikir), drynaria sparsisora (langlayangan) dan pyrrosia numularifolia (paku duduitan).
DAFTAR PUSTAKA
Bhavan, shastri. 2010. Government of india ministry of tribal affairs. 09:32 - 36Christenhusz, marten. 2010. New combinations in the fern genus Tectaria (Tectariaceae) for the Flora of China. Phytotaxa 10: 58–59
Halberd, Incised. 2011. Tectaria incise. Dryopteridaceae/Wood Fern Family
Kachroo, P. 1956. Gametophytes of Tectaria variolosa and T. fuscipes. Sci. & Cult 22:103–105.
Kaur, S. and S. Devi. 1976. Prothallus morphology in some tectarioid ferns. 66:102–106.
Kongoi, cllaysius. 2007. Variations in spore and sporangium surface structure of the fern-allies lycopodiaceae p. Beauv. Ex mirbel in malaysia. Jurnal Biosains, 18(2), 77–97
Nayar, B. K. 1969. Gamethofit dan homospora. 37: 295–396.
Praptosuwiryo. 1995. Survai kromosom tumbuhan paku liar di kebun raya bogor. Bul kebun raya ind. 8(2)